Bojonggenteng –
“Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, kini menghadapi krisis lingkungan yang mengkhawatirkan. Bukan hanya soal volume sampah yang terus menumpuk, tetapi karena tidak adanya sistem pengangkutan dan fasilitas pembuangan resmi dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Wilayah 3.
“Akibatnya, warga terpaksa membakar sampah di sekitar pemukiman dan membuang limbah popok ke sungai. Situasi ini menimbulkan ancaman serius terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Ketua Forum Silaturahmi Kecamatan Sehat (FSKS) Bojonggenteng, Yulius Abdillah, mengungkapkan bahwa pihaknya telah berulang kali berkoordinasi dengan DLH, termasuk melalui jalur resmi retribusi dan PK Iskin. Namun, jawaban yang diterima justru mencengangkan.
“DLH menyatakan tidak sanggup mengakomodasi pengangkutan sampah di Bojonggenteng karena keterbatasan armada. Dari 7 truk yang tersedia, semuanya sudah penuh menjangkau wilayah lain. Padahal idealnya, satu kecamatan minimal memiliki 2 armada sendiri,” kata Yulius.
Ketiadaan sistem angkut membuat warga harus mengambil langkah darurat. Sampah plastik dibakar di halaman rumah, sementara limbah rumah tangga seperti popok bayi dibuang ke aliran sungai. Praktik ini jelas berisiko tinggi bagi kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup.
“Ini bukan lagi soal kebersihan, tapi sudah masuk darurat lingkungan. Polusi asap dari pembakaran plastik menyebar ke rumah-rumah, dan limbah di sungai mencemari air. Jika dibiarkan, bisa jadi bom waktu kesehatan masyarakat,” tegasnya.
Menghadapi kondisi ini, FSKS Bojonggenteng mengajak seluruh pelaku usaha dan perusahaan yang beroperasi di wilayah ini untuk turun tangan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Sejumlah entitas seperti Alfamart, toko bangunan, PDAM, PLN, SPBU, hingga perusahaan peternakan ayam diminta ikut andil mencari solusi.
“CSR bukan hanya soal sumbangan dana, tapi kontribusi nyata seperti penyediaan armada sampah, tempat penampungan sampah besar, peralatan operasional, hingga edukasi warga. Kami yakin para pelaku usaha memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan tempat mereka mencari nafkah,” ujar Yulius.
Forum FSKS telah menyiapkan proposal resmi dan membuka ruang kolaborasi dengan semua pihak yang peduli. Diharapkan, sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha bisa menciptakan sistem pengelolaan sampah yang manusiawi dan berkelanjutan di Bojonggenteng.
TS